Mari Kita Belajar dan Berbagi Ilmu Demi Kebaikan Kita Bersama

Keledai dan Penjual Garam


Di sebuah desa terpencil yang jauh dari perkotaan hiduplah seorang penjual garam dan seekor keledai. Penjual tersebut memiliki sifat yang dermawan namun hidupnya hanya sebatang kara. Ia selalu membagikan hasil penjualan garamnya setiap hari kepada fakir miskin dan tetangga tetangganya yang kurang mampu. Meskipun kehidupan pedagang garam sendiri tidak bergelimang harta namun ia tetap mau berbagi dengan orang lain. Hasil penjualan garamnya ia belikan makanan dan pakaian untuk disedekahkan kepada orang yang membutuhkan.

Setiap kali penjual garam menuju perkotaan, ia selalu bersama dengan keledainya. Keledai tersebut bertugas untuk mengangkut semua garam jualannya. Keledai itulah yang menjadi teman hidup penjual garam. Ia sangat menyayangi keledai tersebut, bahkan tempat tinggal dan makanan keledai telah disediakannya. Keledai itu bahkan telah dianggap sebagai teman satu satunya sekaligus keluarganya. Namun perlakuan pedagang garam tersebut tidak membuat keledai merasa puas.

Kelesai tersebut selalu menggerutu setiap kali ia hendak membawa garam untuk dijual ke perkotaan. Ia merasa terbebani dengan garam yang dibawanya, bahkan merasa letih karna jalan yang ditempuhnya cukup jauh. Keledai berkata kepada penjual garam agar membeli gerobak saja karena hasil penjualan garam sudah cukup untuk membeli sebuah gerobak. Keledai menyayangkan mengapa uang tersebut malah diberikan kepada orang lain. 

Mendengar perkataan keledai, penjual garam tersebut hanya terdiam dan menuntun keledai menuju perkotaan. Ia menuntun keledai tersebut sembari membawa satu karung garam di atas pundaknya. Di perjalanan menuju perkotaan, mereka harus melewati jembatan yang teraliri dengan air sungai yang jernih dan juga deras. Karena mereka sudah merasa lelah, kemudian ia bersama keledainya berhenti sebentar dan beristirahat.

Keledai yang beristirahat tersebut mempunyai ide yang konyol. Ia akan berpura pura terjatuh jika besuk kembali melewati jalan ini. Maka dari itu garam garam yang ia bawa akan terkena air dan larut ke dalam air. Alhasil garam garam bawaannya menjadi ringan. Keesokan harinya penjual garam dan keledai menuju perkotaan dan melewati jembatan yang sama. Keledaipun berpura pura jatuh karena kelelahan.

Keledai itu terdiam dalam aliran sungai dan banyak karung garam yang terendam air. Bahkan dalam waktu yang cukup lama, karena penjual harus meminta batuan orang sekitar untuk menolong keledai. Keledaipun meminta maaf atas kejadian hal itu. Keledai beralasan bahwa garam yang dibawanya menjadi tidak seimbang sehingga membuatnya terjatuh. Penjual garampun berkata bahwa esok ia akan memawa banyak garam sehingga keledai menjadi seimbang dalam membawanya.

Kemudian penjual garam membantu membawakan dua karung garam yang ada di atas punggung keledai. Karung karung tersebut terasa ringan karena hampir semua garamnya telah larut ke dalam air sungai tadi. Keesokan harinya kejadian itu terus berulang, keledai kembali terjatuh ke dalam air sungai karena beralasan tersandung batu dan lain sebagainya.  Penjual garam pun merasa curiga dengan kejadian itu dan ingin memberikan keledai balasan.

Suatu hari karung karung berisikan garam tersebut di ganti dengan sekumpulan kapas. Karung karung kapas tersebut dinaikkan ke atas punggung keledai. Namun keledai tidak mengetahui bahwa karung tersebut bukan berisi garam melainkan berisi kapas. Sesampainya di jembatan, keledai kembali terjatuh. Karung karung kapas tersebut terendam di air. Di waktu bersamaan, keledai bertanya kepada penjual garam mengapa karung garam tersebut semakin berat jika terendam air cukup lama. 

Penjual tersebut berkata bahwa karung yang dibawanya tidak berisi garam, tetapi berisi sekumpulan kapas. Penjual tahu bahwa keledai berpura pura jatuh digenangan air agar bebannya semakin berkurang. Perbuatan yang dilakukan keledai tersebut pada dasarnya sangat merugikan. Mendengar perkataan penjual garam, akhirnya keledai sadar bahwa dirinya salah. Ia merasa bahwa dirinya tidak tahu terimakasih dan tidak tahu balas budi kepada penjual garam yang telah menyayanginya dan merawatnya.

Sekian beberapa contoh teks cerita fantasi singkat dan terpopuler yang dapat saya bagikan. Cerita fantasi tersebut berisi karangan karangan fiksi/khayalan yang dibuat oleh penulisnya. Namun didalam ceritanya terkadang terdapat amanat atau pesan moral yang dapat diambil oleh pembacanya. Sebenarnya kita bisa menemukan berbagai contoh cerita fantasi baik tentang peri, penyihir dan lain sebagainya dalam buku buku cerita.

Struktur Cerita Fantasi
Semua jenis teks dalam bahasa indonesia memiliki struktur pembentuk, sama halnya dengan teks cerita fantasi. Struktur cerita fantasi umumnya hampir sama dengan struktur teks narasi yakni terdiri dari orientasi, konflik, resolusi dan ending. Adapun penjelasan dari masing masing struktur adalah sebagai berikut:
  1. Orientasi : Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana pengarang memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit alur cerita kepada pembacanya.
  2. Konlik : Konflik sendiri merupakan bagian dimana terjadi permasalahan dimulai dari awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan.
  3. Resolusi : Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau konflik yang tejadi. Resolusi sendiri merupakan bagian penentu yang akan mengarah pada ending.
  4. Ending : Ending merupakan penutup cerita fantasi. Ending sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni happy ending dimana tokoh utama menang dan hidup bahagia. Dan yang lain adalah sad ending dimana tokoh utama tewas setelah mencapai tujuan dan sebagainya.
Itulah struktur cerita fantasi secara umum, setelah kita mengetahui ciri ciri dan struktru teks cerita fantasi, sekarang saatnya kita membaca contoh teks cerita fantasi dan mengaplikasikan ilmu yang sudah kita baca sebelumnya.