Tersebutlah
seekor keledai yang suka sekali mengeluh. Ia bekerja pada seorang petani, dan
tugasnya sehari-hari adalah mengangkut sayur dan buah - buahan.
"Pekerjaanku
sungguh tidak enak," keluh si keledai. "Aku harus bangun pagi setiap
hari, lebih pagi dari ayam jago. Padahal, aku ingin tidur dari pagi sampai sore.
Belum lagi aku harus membawa sayur dan buah-buahan yang berat itu. Uh,
benar-benar mengesalkan!"
Si
keledai merasakan kian hari pekerjaannya kian berat saja. Padahal, sebenarnya
tugasnya dari dulu sama saja. Pak petani tidak menambahkannya. Adapun si keledai
merasakannya demikian karena ia terus mengeluh. Kalau kita terus-terusan
mengeluh, pekerjaan apa pun memang menjadi terasa semakin berat. Si petani
lama-lama jengkel juga dengan kelakukan keledai. Ia tidak suka dengan binatang
yang mengeluh seperti itu. Pak tani membatin, "Keledai itu sungguh
keterlaluan! Ia mengeluh terus- menerus, padahal pekerjaannya terbilang ringan.
Aku sudah memberinya makanan yang enak dan banyak, tapi ia sama sekali tidak
mensyukurinya." Kejengkelan Pak Tani sudah mencapai puncaknya. Ia berniat
untuk menjual si keledai. Dan kebetulan sekali, sahabatnya yang bekerja sebagai
tukang kulit membutuhkan keledai untuk mengangkut-angkut.
"Apa
kau berniat membeli keledaiku?" tanya sang petani. "Aku menjualnya
dengan harga yang murah, sebab ia suka mengeluh." Si tukang kulit tertarik
dengan keledai itu. Lagi pula ia sedang sangat membutuhkannya. Maka ia pun
membawa pulang si keledai setelah membayar beberapa uang kepada si petani. "Semoga
ia menikmati pekerjaan barunya," kata Pak Tani kepada si tukang kulit
sebelum mereka berpisah. "Kau tahu, ia tidak bahagia bekerja denganku. Ia
selalu mengeluh." Sesampainya di rumah si tukang kulit, si keledai
langsung disuruh bekerja. Ia bertugas mengangkut kulit-kulit binatang. Selain
berat, kulit-kulit itu juga bau. Hal ini membuat si keledai syok. Maka ia pun
kembali mengeluh."Ya ampun... kalau tahu begini, lebih balk aku bekerja
dengan si petani saja," batin si keledai. "Di sana aku hanya
mengangkut sayur dan buah-buahan yang beraroma segar, sementara di sini aku
harus mengangkut kulit yang berat dan berbau busuk. Uh, aku benci bekerja
dengan si tukang kulit!" Lama-kelamaan si tukang kulit kesal dengan si
keledai yang malas- malasan. Ia juga tahu bahwa keledai itu sering sekali
mengeluh. Si tukang kulit tidak tahan lagi. Pekerjaannya kacau gara-gara si
keledai. Ia berniat untuk menjual keledai itu, dan mencari keledai lain yang
lebih rajin.
Dongeng
Fabel Terbaru : Keledai Yang Suka Mengeluh
"Aku
akan menjualmu!" seru si tukang kulit kepada si keledai.
"Yeah,
jual saja aku," batin si keledai. "Aku juga sudah tidak tahan lagi
bekerja denganmu." Si tukang kulit membawa si keledai ke rumah seorang
penambang batu-bara, sahabatnya. Kebetulan sekali, si penambang batu-bara
memang sedang membutuhkan hewan pengangkut. Maka ia pun membeli si keledai dari
si tukang kulit."Aku sudah berpesan kepadamu, keledai itu pemalas dan suka
mengeluh," kata si tukang kulit kepada si penambang batu-bara.
"Tidak
masalah. Aku sudah biasa menghadapi hewan pemalas seperti ini," jawabnya
sambil memegang cambuk.
Si
keledai langsung disuruh bekerja saat itu juga. Ia bekerja di dalam tambang
yang gelap dan kotor. Tugasnya adalah mengangkut batu-bara yang jauh lebih
berat daripada kulit hewan. Sedikit saja si keledai malas-malasan, maka si
penambang batu bara akan mencambuknya.
"Tidak
ada waktu untuk bersantai-santai di sini!" si penambang batu-bara
membentak si keledai yang mulai tampak loyo.
"Duh,
tempat ini seperti neraka!" batin si keledai. "Aku berharap bisa
kembali bekerja di tempat pak petani. Bekerja di sana benar-benar enak, jauh
lebih santai daripada di sini. Atau kembali bekerja di tempat si tukang kulit
juga tidak apa-apa. Paling tidak ia tidak mencambukku meskipun aku
malas-malasan bekerja."
Namun,
tentu saja harapan si keledai tidak terkabul. Ia harus terus bekerja di tambang
itu. Kini si keledai hanya bisa menyesal karena dulu tidak mensyukuri
pekerjaannya sewaktu masih tinggal di tempat Pak Tani. Itulah nasib bagi
keledai yang malas-malasan dan suka mengeluh.
Pesan
moral dari Dongeng Fabel Terbaru : Keledai Yang Suka Mengeluh ini adalah :
Syukurilah
apa yang kita punya sekarang, dan jangan suka mengeluhkannya. Kita baru akan
merasakan bahwa apa yang kita punyai itu begitu berharga saat kita sudah
kehilangannya. Karena itu, penting juga agar kita selalu menjaga apa pun yang
kita punya.
Struktur Cerita Fantasi
Semua
jenis teks dalam bahasa indonesia memiliki struktur pembentuk, sama halnya
dengan teks cerita fantasi. Struktur cerita fantasi umumnya hampir sama dengan
struktur teks narasi yakni terdiri dari orientasi, konflik, resolusi dan
ending. Adapun penjelasan dari masing masing struktur adalah sebagai berikut:
- Orientasi : Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana pengarang memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit alur cerita kepada pembacanya.
- Konlik : Konflik sendiri merupakan bagian dimana terjadi permasalahan dimulai dari awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan.
- Resolusi : Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau konflik yang tejadi. Resolusi sendiri merupakan bagian penentu yang akan mengarah pada ending.
- Ending : Ending merupakan penutup cerita fantasi. Ending sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni happy ending dimana tokoh utama menang dan hidup bahagia. Dan yang lain adalah sad ending dimana tokoh utama tewas setelah mencapai tujuan dan sebagainya.
Itulah
struktur cerita fantasi secara umum, setelah kita mengetahui ciri ciri dan
struktru teks cerita fantasi, sekarang saatnya kita membaca contoh teks cerita
fantasi dan mengaplikasikan ilmu yang sudah kita baca sebelumnya.